Sabtu, 03 Agustus 2024

KEMBANG RANJANG


Sumirah namanya, dilahirkan dari pasangan suami istri yang hidup di pesisir pantai utara Jawa. Saudaranya sepuluh orang, orang bapaknya hanya bekerja sebagai nelayan biasa, sedang ibunya hanya ibu rumah tangga biasa yang sibuk mengurus sebelas anaknya yang masih kecil-kecil,sambil berjualan lontong bacin,yaitu sayur lontong dengan kuah santan yang di isi dengan ikan laut setengah busuk,tentu saya baunya agak bacin tetapi rasanya begitu nikmat,ada juga beberapa  jajan pasar yang terbuat dari olahan singkong ada Sakiler,Sandulok,Srawut,dan minumnya es Cao hitam yang beraroma daun pandan,tentu saja ada minuman dawet beras yang beraroma nangka,sebab gula aren yang dicairkan sebagai pemanisnya di beri potongan buah nangka seukuran dadu,biasanya orang akan meminta tambahan potongan buah nangka.


Sumirah hanya mengenyam pendidikan formal sampai tingkat dasar,untuk pengetahuan agama Sumirah mendapatkan dari pak kyai kampung yang mengajar ngaji di sore hari,berkat ngaji pada pak kyai kampung waktu sore hari Sumirah dapat membaca kitab suci juga mengerti beberapa dasar ilmu fikih,khususnya yang berhubungan dengan masalah perempuan.


Setamat sekolah dasar Sumirah membantu salah satu bibinya yang membuka jasa jahit baju,dari bibinya Sumirah mengerti cara menjahit dan membikin kebaya kebaya desa yang lazim dipakai oleh ibu ibu di desa saat itu. Dari bantu membantu akhirnya Sumirah bisa menjadi penjahit yang handal. Dari uang saku yang dikasih bibinya sewaktu membantu bibinya menjahit dikumpulkan Sumirah, hingga Sumirah di usia remaja sudah memiliki mesin jahit sendiri.


Masa remaja Sumirah dihabiskan untuk menjahit baju baju yang banyak dipesan masyarakat sekitar.Hingga pada suatu hari seorang perjaka di desanya jatuh cinta pada Sumirah dan singkat cerita Sumirah menikah dengan perjaka itu.


Suami Sumirah bekerja sebagai nelayan,dengan ketekunannya suami Sumirah dapat memiliki beberapa bagan branjang penangkapan ikan yang terbuat dari bambu. Bambu-bambu ditancapkan di laut, disusun seperti sebuah prancak yang saling di ikat dengan kuat,di atasnya diberi gubuk sebagai tempat berteduh dari panas sekaligus tempat istirahat diwaktu malam. Didasar branjang diberi waring yang terbuat dari bahan tali plastik.diatas air di beri beberapa lampu petromax yang berbahan bakar minyak tanah, dinyalakan dimalam hari untuk memancing ikan-ikan teri dan cumi-cumi serta ikan lainnya,kemudian bila ikan ikan sudah banyak berkumpul,waring atau jaring halus mulai di angkat dari dasar laut dengan cara menariknya dengan katrol yang terbuat dari bambu panjang yang di putar,sehingga jaring dapat terangkat dan menjebak ikan-ikan yang sedang mengitari cahaya lampu petromax.


Usaha penangkapan ikan suami Sumirah sedang berkembang,beberapa bagan ikan dimiliki suaminya,hasilnya begitu melimpah,begitu juga dengan kebutuhan untuk perlengkapan penangkapan ikan dengan bagan ikan semakin banyak,awalnya kebutuhan akan minyak tanah,solar,lampu petromax dan peralatan lainnya di beli dari toko nelayan di desa itu,akhirnya Sumirah membuka toko perlengkapan nelayan sendiri,dari hanya untuk mencukupi kebutuhan bagan ikan suaminya berkembang menjadi toko nelayan yang melayani kebutuhan nelayan lainnya. Sumirah sudah tidak lagi menjahit, Sumirah sudah menjadi pedagang.


Usaha dagang Sumirah terus berkembang dan berjaya,tidak hanya menjual kebutuhan nelayan,Sumirah juga menjual kebutuhan pokok sehari hari,Kulakan barang dagangan sudah harus ke kota besar,bukan lagi menggunakan dokar untuk mengangkut barang kulakan untuk tokonya, moda angkutan barang sudah mengunakan truk, beras,gula,tepung berkwintal kwintal di beli Sumirah,barang keperluan nelayan juga semakin banyak yang disediakan di toko Sumirah. Sumirah sudah menjelma menjadi orang kaya baru di desa nelayan itu.


Tenaga Sumirah dihabiskan untuk berdagang,seringkali Sumirah memanggul atau menggendong beberapa barang dagangan saat kulakan di kota,berpindah dari satu toko ke toko lainnya. Belanja barang kebutuhan pokok kemudian ke toko kebutuhan nelayan lalu ke toko yang menjual rempah rempah dan bumbu masakan,apapun barang yang bisa dijual sepertinya Sumirah akan menjualnya.


Beredar rumor tidak sedap di masyarakat,yang mengatakan bahwa Sumirah mengambil pesugihan atau penglarisan,tentu saja rumor tersebut ada masyarakat yang percaya,namun tidak sedikit yang menepis rumor tersebut karena melihat kerja keras Sumirah dan suaminya. Tentu juga diantara pedagang yang lain ada yang merasa iri,dengan kemajuan usaha Sumirah. 


Memasuki usia 50 tahunan,lutut kaki Sumirah mulai bermasalah, lututnya terasa sakit untuk di gerakkan,dari hasil pemeriksaan medis Sumirah menderita sakit peradangan lutut,meskipun sudah diobati namun dari hari ke hari kondisi lutut Sumirah tidak semakin membaik. Sumirah harus berjalan dengan bantuan tongkat penyangga.


Karena kondisi fisik Sumirah yang tidak baik, usaha dagang Sumirah pun mengalami kemerosotan, Sumirah tidak lagi bisa kulakan barang dagangan ke kota. barang dagangan mulai berkurang,hingga Sumirah sudah tidak lagi berdagang.Kondisi fisik Sumirah semakin melemah dari yang masih bisa berjalan dengan bantuan tongkat penyangga lalu hanya bisa duduk di kursi roda, kemudian hanya berbaring di ranjang.


Tiga belas tahun sudah Sumirah terbaring di atasi ranjang,makan dan minum harus dilayani, kondisi nya semakin memburuk ketika stroke menyerang dan melumpuhkan separuh tubuh Sumirah. Sumirah terus bertahan, kondisi sulit yang bertahun tahun tahun di alami Sumirah tidak membuat semangat hidup Sumirah memudar,sorot matanya masih teduh,raut wajahnya masih menyisakan sisa sisa kecantikan usia muda.


Anak-anak Sumirah sudah besar-besar,sebagian sudah menikah dan mapan penghidupannya,ada yang berada di luar kota ada pula yang masih tinggal dengan Sumirah dan merawatnya,yang sudah menikah telah bertempat tinggal semua,tinggal anak bungsu perempuan yang menemani dan merawatnya,tentu saja suaminya yang sudah masuk usia senja,terap sabar merawat dan menjaga Sumirah.


Beberapa bulan ini, entah sengaja atau tidak,anak anak Sumirah yang sudah berkeluarga tiba- tiba mengalami masalah dalam rumah tangganya,anak laki laki kedua Sumirah tiba tiba di tinggal wafat istrinya,di susul dengan meninggalnya mertua anak lelaki pertamanya yang mengharuskan anak lelaki pertamanya boyang ke rumahnya Sumirah. Kemudian anak lelaki lainnya yang telah berumah tangga juga mengalami Masalah dengan mertuanya sehingga harus pindah ke rumah Sumirah,hanya anak perempuan pertama yang masih tinggal di luar kota,karena dari sisi kemapanan ekonomi,anak Sumirah yang pertama memang sudah sangat mapan dan menjadi penyokong terbesar keluarga Sumirah.


Satu persatu anak laki-laki Sumirah sudah mendekat dan hidup disekitar Sumirah, setiap hari Sumirah tidak lagi kesepian sebab cucu-cucunya selalu ada dan bermain disekitar ranjang tempat Sumirah berbaring lebih dari tiga belas tahun. Sumirah seperti putri tidur yang dijaga para kurcaci.


Sumirah adalah ibuku...

Aku merasa bahagia bila berada di samping ranjang tempat ibuku berbaring,mencium pipinya dan mendengarkan ceritanya...


Omah Mbah Literasi,03 Agustus 2024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABAR KEMATIAN

  KABAR KEMATIAN Kabar kematian  Di siarkan lewat corong pengeras suara Dari masjid dan surau.  Sahut menyahut, hampir tak ada jeda.  Manusi...