Selasa, 15 Maret 2022

MBAH SOEROSO : PELAKU KENTRUNG TAYU.



Pria yang sehari-harinya berada di tempat potong rambut di jalan Tayu- Jepara, perawakannya dempal dengan ciri fisik tuna netra, ramah dan suka bercanda ketika beliau di wawancarai,beliau bernama Mbah Soeroso, dilahirkan di desa Tayu Kulon kecamatan Tayu kabupaten Pati Jawa tengah. Mbah Soeroso ini adalah satu-satunya dalang kentrung tuna netra di daerah Tayu-Pati. 


Berdasarkan penuturan beliau ketika diwawancarai oleh team Patra dokumenter, beliau pertama kali belajar kentrung dari mbah Muhammad Raji dari desa Pondohan Pati, saat itu usia beliau masih sekitar 15 tahunan di tahun 70 an, ketika beliau bertemu dengan mbah Raji, beliau di tanyai oleh mbah Raji, "apa kamu bisa ngentrung? ", Soeroso kecil kemudian menjawab, " kentrung niku nopo, mbah? ", kemudian mbah Raji menjelasakan bahwa kentrung itu seperti mendongeng, seperti seorang dalang wayang kulit yang menceritakan tentang kisah pewayangan, kisah kerajaan atau cerita rakyat. Mbah Raji juga menjelaskan kepada Soeroso kecil bahwa ketika nanti saat bercerita atau mendongeng harus disertai dengan musik, kamu nanti bisa bercerita,ceramah,banyolan dan bermusik dengan kesenian kentrung, pada cerita ini mbah Raji menjelaskan nama dan bentuk alat musik yang dimainkan saat bercerita, yaitu menggunakan alat musik terbang atau rebana. 


Kemudian mbah Raji menyuruh Soeroso kecil untuk mendengarkan cerita wayang kulit, lalu menceritakan kembali cerita wayang yang didengarnya di depan mbah Raji, setelah selesai mendengarkan cerita dari Soeroso kecil, lantas mbah Raji menyuruh Soeroso kecil bermain kentrung, tentu saja Soeroso kecil menjawab tidak berani, namun setelah diyakinkan oleh mbah Raji, dan mbah Raji menyanggupi untuk mengajarinya, akhirnya sejak saat itu Soeroso kecil belajar menjadi dalang kentrung di bawah asuhan mbah Mohammad Raji. 


Mbah Soeroso memaknai arti kesenian kentrung adalah mendongeng dengan diiringi musik rebana, cerita yang disampaikan kadang tentang kisah kerajaan, dan cerita rakyat, seperti Johar Manik, Dewi Murtasiah. Dalam isi cerita kentrung , beliau mengatakan bahwa cerita dalam kentrung berisi tentang sejarah, ajaran agama dan hiburan. 


Kentrung yang dibawakan oleh mbah Soeroso memang unik, hampir sama dengan kentrung Sunan Drajat atau kentrung Lamongan, yang kuat di penuturan cerita, seperti monolog. Namun keunikan kentrung mbah Soeroso adalah penggunaan pola irama suluk dalam menjembatani antar bagian cerita. Sehingga kelihatan jelas bagian antar cerita atau babak dengan adanya pengucapan langgam suluk. 


Penggunaan parikan jarang dipakai oleh mbah Soeroso,tidak seperti kentrung Jepara yang di mainkan oleh mbah Parmo yang kuat dalam pengunaan parikan. Namun kedua kentrung ini luar biasa .

Mbah Soeroso ketika memainkan kentrung yang hampir sama dengan mbah Khusairi Lamongan, seperti bermonolog, penekanan alur dramatis penceritaan terasa kuat dengan dukungan intonasi suara, suspensi pukulan rebana, juga ritme ketukan yang kadang cepat sebagai penekanan terhadap alur dan tangga dramatis cerita. 


Cerita yang yang beliau sampaikan dalam kentrung, awal mulanya masih berdasarkan pakem cerita seperti dalam kentrung Jepara, di kemudian hari, cerita yang beliau sampaikan dalam kentrung berkembang diluar cerita yang ada dalam pakem cerita kentrung yang sudah ada. Seperti yang beliau ceritakan saat wawancara, pada suatu ketika beliau di tanggap oleh seseorang, namun orang yang menanggap ingin beliau menceritakan kisah nabi Yusuf dengan alasan si penanggap mempunyai hajat menyambut kelahiran anaknya yang masih dalam kandungan istrinya, mbah Soeroso awalnya bingung, kemudian beliau berangkat kr Demak untuk bertanya pada salah satu dalang kentrung yang masih ada di kota Demak, beliau menceritakan persoalannya di atas, kemudian dalang kentrung di kota Demak tersebut menjelaskan bahwa kisah nabi Yusuf sama dengan Manaqib  nabi Yusuf, atau nabi dan Auliyah lainnya. Sehingga boleh saja di ceritakan dalam kentrung karena juga bagian dari syiar agama, mendengar penjelasan dari dalang kentrung kota Demak tersebut, mbah Soeroso menjadi paham dan semakin mantap. Dari kejadian itu, yang beliau ingat terjadi tahun 2018, beliau kemudian banyak menceritakan tentang kisah nabi-nabi, Auliya bahkan kisah dongeng seribu satu malam. Cerita tentang dongeng seribu satu malam dalam kisah Ali Baba dan Penyamun pernah beliau ceritakan saat di tanggap oleh saudara mas Juna, kameraman Patra dokumenter, saat nanggap kentrung untuk acara kelahiran. 


Mbah Soeroso juga menginovasi kentrung yang beliau pertunjukan dengan memasukkan hiburan lagu qasidah agar penonton tidak jemu saat mendengarkan cerita kentrung. 


Pola hubungan komunikasi dengan penonton dilakukan oleh mbah Soeroso dengan candaan dan lagu lagu qosidah, biasanya lagu yang beliau nyanyikan membuat penonton menanggapi dengan celetukan dan guyonan. 


Keberadaan sosok mbah Soeroso dan kesenian kentrung di Tayu sendiri terlihat miris, masyarakat sudah jarang menanggap kentrung mbah Soeroso, penghasilan beliau yang juga tuna netra hanya bergantung pada bayaran tanggapan kentrung. Perlu adanya upaya untuk memperkenalkan kesenian kentrung kembali di wilayah Pati. Hal yang lebih penting lagi adalah melestarikan kesenian kentrung Tayu ini, karena  generasi sekarang sudah enggan untuk belajar kesenian kentrung. Celakanya lagi mbah Soeroso belum punya pengganti atau murid, saat di tanya oleh pewawancara beliau mengatakan bahwa menurut pesan gurunya, mbah Soeroso hanya boleh mengajari kentrung saat beliau di usia sekian tahun. Namun mbah Soeroso sudah mempunyai pandangan tentang siapa nanti yang akan beliau ajarkan. 


Di akhir wawancara, mbah Soerosa berharap agar masyarakat bisa mengundang beliau untuk  ngentrung di acara yang masyarakat adakan, beliau juga mengharap pemerintan memperhatikan nasib seniman-seniman tradisi, mengundang seniman tradisi untuk tampil di acara pemerintah. 


Salam SemangART... 


Tayu, 16 Maret 2022

Deni Jazuli ( Santri PP. Al Badriyah Tayu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABAR KEMATIAN

  KABAR KEMATIAN Kabar kematian  Di siarkan lewat corong pengeras suara Dari masjid dan surau.  Sahut menyahut, hampir tak ada jeda.  Manusi...