Minggu, 04 Agustus 2024

DRAMATURGI KENTRUNG

 



Seni Kentrung sebenarnya adalah seni pertunjukan wayang yang dimainkan oleh satu orang, dua orang atau beberapa orang, bila dimainkan hanya dengan satu orang maka disebut "Dalang Ontang anting", karenapada dasarnya dia berlaku sebagai dalang yang menuturkan jalannya cerita sekaligus penjadi panjak ( pengrawit).
Maka sebagaimana seni pewayangan yang masuk dalam seni teater ( pertunjukan) tradisi, begitu pula akhirnya, bahwakesenian kentung juga merupakan kesenian teater tradisi yang memiliki dramturgi.

Seni Teater adalah produk sebuah proses penciptaan dari seni drama ke dalam seni teater, atau dapat disingkat ‘proses teater’. Sebagai proses teater, keberadaan Seni Teater mengacu pada ‘formula dramaturgi’. Istilah ‘dramaturgi’ itu sendiri dipungut dari bahasa Belanda ‘dramaturgie’, berarti ajaran tentang seni drama

(leer van de dramatische kunst), atau dari bahasa Inggris ‘dramaturgy’, berarti seni atau teknik penulisan drama dan penyajiannya dalam bentuk teater. Secara singkat bisa disebut ‘seni teater’ (the art of the theatre) (Harymawan 1988:iii). Safian Hussain dkk. dalam Glosari Istilah Kesusasteraan (1988:69) menyebutkan bahwa ‘dramaturgi’ adalah komposisi dramatik atau seni dramatik, yaitu unsur-unsur teknikal yang digunakan dalam penulisan drama. Unsur bunyi dan unsur lakuan atau gerak merupakan dua unsur penting di antara unsur-unsur penting lainnya dalam drama. Dan inilah yang membedakan antara teknik penulisan drama atau lakon dengan jenis sastra yang lain, yaitu prosa (novel atau cerpen) dan puisi.

Pendekatan dramaturgi (approache dramaturgique), yang di Perancis dipelopori dan dikembangkan oleh Jacques Scherer, bertujuan untuk menjelaskan bagaimana seorang pengarang drama menggunakan kerangka bentuk tertentu serta prosedur tertentu dalam mengarang (Scherer 1980:5, dalam Bachmid 1990:26).

Yang dimaksud rumusan atau ‘formula dramaturgi’ di atas merupakan proses (penjadian) teater yang meliputi 4M, yaitu (1) Mengchayal (dalam bentuk ide); (2) Mencipta atau Menuliskan (dalam bentuk dramatic script, teks dramatik, atau naskah lakon); (3) Mempertunjukkan atau Mempergelarkan (dalam bentuk teks pertunjukan atau seni teater); dan (4) Menyaksikan, Menonton (bisa dalam bentuk komentar, ulasan, resensi, kritik, kajian, atau penelitian).

Perbedaan istilah ‘drama’ dan ‘teater’, sebagai proses kreatif seni, dapat dilihat pada pasangan ciri-ciri berikut (lihat Tennyson 1967:1; Satoto 1991:6—25).

SEJARAH DRAMATURGI

Kenneth Duva Burke(May 5, 1897 – November 19, 1993) seorang teoritisliteratur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai metode untuk memahamifungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. TujuanDramatisme adalah memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia, ataukenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan (Fox, 2002).Dramatisme memperlihatkanbahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model pengetahuan (Burke, 1978). PandanganBurke adalah bahwa

hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama.

Erving Goffman
(11Juni 1922 – 19 November 1982), seorang sosiolog interaksionis dan penulis, memperdalam kajiandramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagaisalah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial
The Presentation of Self in Everyday Life.
Dalambuku ini Goffman yang mendalami fenomena interaksi simbolik mengemukakan kajian mendalammengenai konsep Dramaturgi.

PERKEMBANGAN DRAMATURGII.
Mengapa mengenal kesenian teater Yunani kuno begitu penting? Pertanyaan ini yang muncul ketikakita mempelajari mengenai seni teater. Jawabannya adalah karena dari sanalah semuanya berawal,dan seni teater dan seni musik saling mempengaruhi dalam perkembangannya baik dalamperkembangan kesenian itu sendiri sampai ke seni tata panggung serta akustik. Sebuah pagelaranOpera sampai acara komedi situasi seperti ‘friends’ yang akrab dengan kita saat ini juga tidak lepasdari pengaruh seni teater komedi yunani.Seni teater Yunani menurut legenda berawal dari seseorang yang bernama Thespis yang memiliki idemenambahkan aktor yang berbicara kepada pertunjukan chorus dan tarian di Yunani. Hal ini jugaalasan mengapa kadang seorang aktor disebut juga sebagai ‘thespians’.Bukti hasil peninggalan panggung teater di Yunani yang telah ditemukan adalah teater Dyonisus diacropolis, Athena. Dari kompleks yang hanya berisi altar dan kuil tua, akhirnya menjadi sebuahpanggung yang membentuk setengah lingkaran seperti yang bisa dilihat pada gambar di bawah ini.Dyonisius Theater Seperti yang bisa kita lihat, bentuk dari teater ini merupakan bentuk yang mempengaruhi tatapanggung seni pertunjukkan saat ini dengan bentuk jajaran tempat duduk penonton yang melingkar (theatron) yang akhirnya menjadi tata susunan duduk orkestra modern dengan salah satu fungsinyaagar komunikasi antara pemain musik dengan konduktor semakin jelas. Secara akustikpun tatasusunan seperti ini memberi keuntungan bagi teater kuno yang pada saat itu tidak memiliki systempengeras suara apapun.Dengan jarak yang jauh bagi para penonton dalam sebuah pagelaran besar yang bisa mencapai10.000 orang (dengan jarak terdekat ke panggung sejauh 10 Meter, para aktor tidak mungkin lagimengandalkan ekspresi wajah mereka dalam berakting, maka dari itu digunakan topeng untukmenjelaskan ekspresi karakter, serta lebih menggunakan gerakan tubuh. Mungkin hal ini juga yangmenjadikan topeng sebagai lambang dari seni drama dan teater.Panggung dalam seni teater Yunani kuno telah menggunakan system mekanisme yang hingga kinibisa kita lihat dalam panggung modern di mana seorang performer muncul di panggung dari bawah,mekanisme panggung seperti ini digunakan jaman dahulu untuk menampilkan sosok yang dalammitologi memiliki kemampuan terbang seperti Pegasus.

Dramateater, Pergelaran wayang, pertunjukan Kentrung. , Pergelaran wayang, pertunjukan Kentrung.

play (lakon, sandiwara) performance (pertunjukan, pergelaran), pertunjukan Kentrung.

script (naskah, bisa bentuk sketsa) production (produksi), Sastra Tutur (Kentrung).

dramatic text (teks dramatik) perfomance text (teks pertunjukan), sastra tutur (kentrung)

author (pengarang) direction (sutradara, dalang) caracter (tokoh) aktor/aktris, boneka wayang (dimainkan oleh dalang), kentrung( dalang Kentrung).

creation (kreasi) interpretation (interpretasi, oleh dalang), interprestasi oleh dalang Kentrung.

theory (teori) implementation (implementasi)

Berdasarkan perbandingan di atas, tampak bahwa (1) drama lebih merupakan lakon yang belum dipentaskan; (2) skrip atau naskah lakon (apa pun wujudnya) yang belum diproduksikan; (3) teks dramatik yang masih harus memperoleh tingkat kesempurnaannya di dalam teks pertunjukan, sehingga segala jenis seni pertunjukan harus konteks dengan publiknya (audience); (4) hasil kreasi, ide, atau gagasan pengarang (dalam naskah lakon) yang dalam batas-batas tertentu masih harus diinterpretasikan oleh sutradara (dalang) beserta seluruh pekerja teater untuk mementaskannya, (5) tokoh dalam teks dramatik, atau aktor dalam teks pertunjukan yang masih kosong harus memperoleh fungsi dan peran (oleh

sutradara atau dalang) sehingga setiap tokoh dalam setiap lakon memiliki karakteristiknya masing-masing.


Dramaturgi Kentrung
Kentrung adalah kesenian asli Indonesia yang berasal dari pantai utara Pulau Jawa. Kesenian ini menyebar dari wilayah Semarang, Pati, Jepara, Blora hingga Tuban –tempat kesenian ini dinamai Kentrung Bate[1] karena berasal dari desa Bate, Bangilan, Tuban.[1][2] Kentrung Bate pertama kali dipopulerkan oleh Kiai Basiman pada zaman penjajahan Belanda tahun 1930-an.

Seni Kentrung diiringi alat musik berupa tabuh timlung (kentheng) dan terbang besar (rebana).[3]. Seni Kentrung sarat muatan ajaran kearifan lokal[3] Dalam pementasannya, seorang seniman menceritakan urutan pakem dengan rangkaian parikan dan menyelipkan candaan-candaan lucu di tengah-tengah pakem, tetap dengan parikan yang seolah dilakukan luar kepala.[3] Parikan berirama ini dilantunkan dengan iringan dua buah rebana yang ditabuh sendiri.[3] Beberapa lakon yang dipentaskan di antaranya Amat Muhammad, Anglingdarma, Joharmanik, Juharsah, Mursodo Maling, dan Jalak Mas.[3]

Berdasarkan pernyataan yang didapat dari situs forum budaya, Kesenian Kentrung dianggap terancam punah karena gagal melakukan regenerasi.[4] Sejumlah orang yang masih mampu memainkan kesenian ini kebanyakan sudah lanjut usia.[4] Isu yang kini ada di antara para pemain Seni Kentrung adalah permintaan agar pemerintah segera mendokumentasikan kesenian tradisi, termasuk kentrung bate, dengan harapan terdokumentasinya (tidak hilang) budaya dan kesenian asli daerah.[4] Dokumentasi kentrung dianggap oleh pemainnya sangat penting mengingat sudah tidak ada penerus dalam kesenian ini.[4]

Dalam sebuah pertunjukan kentrung ada beberapa hal yang harus ada :
1. Dhalang Kentrung

Sebagaimana yang dikutip oleh Suripan Sadi Hutomo dalam bukunya Poerwadarminta. Bahwa di dalam kebudayaan Jawa yang dimaksud “dhalang” ialah wong kang nglakokake sarta nyritakake wayang orang yang memainkan dan menuturkan cerita wayang. Di samping itu, “dhalang” juga bermakna “wong kang sesorah, maca lan sak panunggalane ana ing pertemuan ” orang yang menuturkan sebuah cerita kepada seseorang tanpa menggunakan alat bantu yang 44 Suripan Sadi Hutomo, Sinkretisme Jawa-Islam Studi Kasus Seni Kentrung Suara Seniman Rakyat. Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya, 2001, hlm. 32-33 45 Hasil wawancara dengan mbah gimah pada tanggal 22 Februari 2015 di Batangsaren Kauman Tulungagung. 46 Suripan Sadi Hutomo, Sinkretisme Jawa-Islam Studi Kasus Seni Kentrung Suara Seniman Rakyat. Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya, 2001, hlm. 34 47 Onomatape adalah bahasa yang diciptakan berdasarkan tiruan bunyi. berupa boneka wayang dan juga orang yang membacakan sebuah cerita dari sebuah buku untuk diperdengarkan kepada orang lain di dalam suatu pertemuan. 48 Dari beberapa pengertian di atas, bahwa dhalang dalam kesenian kentrung ialah dhalang yang bertuturnya tidak menggunakan alat bantuan berupa wayang seperti dalam pewayangan. Pada zaman kuno dhalang mempunyai tugas suci, mulia, serta tanpa pamrih, yaitu sebagai guru sejati, atau sebagai Sejatining Guru. Tetapi, tugas ini, sesuai dengan perkembangan zaman, ia mengalami perubahan, misalnya tugas mendhalang merupakan suatu mata pencaharian. Karena itu, kini dhalang dibedakan atas dhalang sejati, dhalang purba, dhalang wasesa, dhalang guna, dan dhalang wikalpa. Dan menurut surat kabar Bromartani, tahun 1878, seorang dhalang yang baik harus menguasai suatu antowacono, renggep, anges, tutug, pandai membanyol, mempunyai daya tarik, dan kemampuan sabet, paham kawi- radya, paham parakawi, dan amardhi basa. Kritera tersebut di atas tentu saja tidak berlaku bagi dhalang kentrung. Kriteria mendhalang bagi dhalang kentrung sangatlah sederhana, yaitu ”nek ujare wong crito angger genah jujur dongenge ” bagi orang bercerita, asalkan tepat dan lurus dengan jalan ceritanya. Di samping itu, agar tuturannya menarik dhalang juga menyelinginya dengan membanyol. 48 Suripan Sadi Hutomo, Sinkretisme Jawa-Islam Studi Kasus Seni Kentrung Suara Seniman Rakyat. Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya, 2001, hlm. 73.

2. Cerita Kentrung
Cerita kentrung ialah unsur kedua dalam pertunjukan kentrung. Cerita kentrung adalah salah satu aspek seni kentrung. Di dalam pertunjukan kentrung, seorang dhalang kentrung menuturkan sebuah cerita di hadapan sejumlah pendengar dengan iringan musik sederhana. Di dalam pertunjukan seni kentrung seorang dhalang mengidentikkan dirinya dengan para pelaku cerita yang dituturkannya. Jelasnya dengan suara pelaku yang dituturkannya. Di cerita kentrung dhalang kentrung berusaha membedakan suara pelaku cerita. Di samping itu, dhalang kentrung sering pula menyertai ucapan-ucapan para pelaku ceritanya dengan ekspresi tertentu. Artinya, bila pelaku ceritanya sedang sedih maka ia pun ikut sedih. 49

3. Instrumen

Instrumen yaitu alat-alat sederhana yang digunakan oleh seni kentrung, jumlah dan jenisnya antara satu daerah dengan daerah lain tidak sama. Ini disebabkan oleh perubahan kecil yang pernah terjadi di dalam tradisi seni kentrung. Dalan seni kentrung Sedya Rukun Tulungagung dengang dhalang Mbah Gimah instrumen kentrung terdiri dari: 50 a. Gendang Kata terbang merupakan ekuivalen kata Jawa Kuno tabang-tabang. Sedangkan kata kendang tidak mempunyai ekuivalen di dalam bahasa Jawa Kuno secara jelas, sebab hanya ditunjukkan bahwa kata murawa sering diekuivalenkan dengan kata Bali kendang, reyong, terompang, dan kencik. Bentuk kendang bulat, 49 Suripan Sadi Hutomo, Sinkretisme Jawa-Islam Studi Kasus Seni Kentrung Suara Seniman Rakyat. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya , 2001, hlm. 23-24. 50 Suripan, Sinkretisme Jawa-Islam, hlm. 59 memanjang bagaikan silinder, bagian tengahnya agak membusung, dan kedua ujungnya tertutup kulit rotan. Sedangkan, terbang bulat, pendek dan hanya selah sebuah ujungnya tertutup kulit bertali rotan. 51 Sedangkan, di Aceh kendang disebut geundrang. Kendang merupakan alat musik ritmis yang berfungsi mengatur irama. Kendang termasuk ke dalam kelompok membranofon. 52 b. Terbang Terbang merupakan alat pemukul yang lahir di Jawa Tengah. Terbang berasal dari kayu berbentuk bulat dan dibalut dengan kulit kambing, berfungsi sebagai variasi instrumen lagu. c. Kempling atau Rebana Kempling atau rebana adalah kendang berbentuk bulat dan pipih, bingkai berbentuk lingkaran terbuat dari kayu yang dibubut. Dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. d. Tipung Ketipung adalah alat musik tradisional yang berbentuk menyerupai gendang tetapi memiliki ukuran kecil. Ketipung memiliki dua sisi tubuh, di sisi kanan dan kiri. Menariknya, alat musik ini bisa dimainkan sendiri atau dua orang sekaligus. 51 ibid, hlm. 23 52 Dalam Ensiklopedi Alat Musik Tradisional Indonesia karya Nenden Rilla. A, Membranofon yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari selaput kulit atau bahan lain dan dibunyikan dengan menggunakan tangan tanpa alat bantu. Sejarah mencatat bahwa alat musik membranofon telah populer di pulau Jawa sejak pertengahan abad ke- 9 Masehi.
Dengan pelbagai nama, yaitu padahi, pataha, murawa atau muraba, mrdangga, mrdala, danawa, muraja, kahala, damaru. Istilah padahi tertua dapat dijumpai pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun 821 Masehi. Istilah tersebut juga tertulis pada kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi. Dan istilah padahi terus digunakan sampai zaman kerajaan Majapahit. Kedua sisi tabuhan itu dibuat dari kulit kambing atau kulit sapi yang sudah ditipiskan. 53 e. Panjak Anggota seni kentrung terdiri dari seorang dhalang dan beberapa orang panjak. Yang dinamakan panjak di sini ialah anggota seni kentrung yang bertugas menabuh instrumen kentrung dan memberikan selingan berupa parikan dan tingkahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABAR KEMATIAN

  KABAR KEMATIAN Kabar kematian  Di siarkan lewat corong pengeras suara Dari masjid dan surau.  Sahut menyahut, hampir tak ada jeda.  Manusi...