Senin, 01 November 2021

NYANYIAN ANGIN (Drama satu babak)

Tokoh :

Kandar   ( 45 tahun )
Slamet   ( 35 tahun )
Pedagang Opak ( 55 tahun )
Hansip 1 ( 45 tahun)
Hansip 2 ( 40 tahun )
Mat Pleki ( 25 tahun)

Babak 1.
Adegan berlangsung di sebuah gardu nelayan, beberapa nelayan sedang memperbaiki jaring, suasana mendung, angin barat berhembus agak kencang, debur ombak terdengar sayup sayup..
Hari menjelang sore.

Lampu fade in.
Suara lagu dangdut pesisir terdengar dari radio.
Kandar : ( sambil merajut jaring, mengikuti nyanyian lagu dangdut).

Slamet : ( datang sambil membawa 2 cangkir kopi ) kang.... Kang Kandar, kopimu kang...
Kandar : masih asik mengikuti nyanyian lagu dangdut.. (Tidak mendengarkan suara Slamet).

Slamet : Kang..!!! ( teriak )

Kandar : Hooo... Apa? ( Sambil menoleh kearah suara) , oooh... Kopiku ya?
Diamput...!! Begitu saja pakai teriak- teriak, memangnya telingaku sudak pekak? Budek? Kopok?
Slamet : lah iya, sampeyan di panggil- panggil tidak menyahut, masih saja nyanyi-nyanyi..

Kandar : (sambil tersenyum..)  he.. He.. He... Iya, met.. Slamet.
Saya sudah mendengarmu tadi, hanya saja saya terlalu sayang untuk menghentikan menyanyi lagu tersebut, kau tahu Met, lagu tadi mewakili kita-kita ini, rakyat kecil, cukup dengan menikmati lagu dangdut kita sudah bisa melupakan sejenak beban hidup kita.
(Sambil nyeruput kopi).

Slamet  : ya, benar kang..
Beban hidup semakin berat, solar semakin mahal, Oli juga terus naik, jaring, benang nylon, juga naik, onderdil mesin china juga naik.. Ongkos tukang mesin juga terpaksa naik.

Kandar  : kata siapa ongkos tukang mesin naik? Tukang mesin perahu bayarannya seikhlasnya.

Slamet : betul kang, tapi harga kebutuhan pokok  juga naik, apa kang Kandar  tega, tidak memberi tambahan  ongkos, tukang mesin? Mereka juga punya anak istri kang.

Kandar  : heeem.... Ini yang jadi sebab ongkos tukang mesin jadi naik, alasanmu itu baik Met, tapi bagaimana dengan nasib nelayan lain yang tidak bisa membayar lebih?

Slamet   : terdiam. ( pura pura menata jaringnya.

Kandar : Kalo dengan belas kasihanmu dan anggapan kamu mampu memberi lebih ongkos servis mesin, sama saja dengan kamu menyuap.

Slamet  : loh.. Kang, kenapa saya malah dituduh menyuap? Apa maksudnya kang?

Kandar  : Begini, kamu pasti punya niatan, ketika kamu butuh tukang servis mesin, saatl mesinmu rusak, kamu berharap di dahulukan dari antrian yang lain, lalu bagaimana dengan temanmu yang lain, yang tidak bisa memberi uang tips?
Kau sudah dengar ? Kemarin kang Trimo sudah kesana kemari mencari tukang servis mesin, tetapi di abaikan.., atau dengan jawaban kalo sabar ya tunggu yang lain selesai dulu...
Padahal kau tahu? Tukangnya lagi sepi, tidak banyak antrian, kangTrimo sadar, dia jarang memberi uang lebih pada tukang servis mesin, itupun karena kondisi kang Trimo  yang memang tak punya uang.
Akhirnya sampai sekarang mesinnya belum di servis.
Met... Harusnya kamu memberi ongkos servis sewajarnya, sama seperti teman yang lain.

Slamet   : iya kang, tapi saya berniat baik...

Kandar  : betul... Kadang niat baik juga butuh dipertimbangkan.
Zaman sekarang memang sulit Met... Kata anak sekarang, Angeelll... Angel.!

(Mereka berdua tenggelam dalam lamunan sambil merajut jaring).

Datang penjual opak, jajanan kerupuk tepung beras yg berwarna merah putih, ditusuk dengan bambu yg di kasih bendera diatasnya, dua bagor yang atasnya ditutup tampah bambu, diatas tampah ada gedebok pisang dan beberapa wayang wayangan dari kerdus tipis.. Sambil menabuh bende kecil.. Mengundang anak anak untuk datang, melihat pertunjukan wayang dan jajan opak.
Pedangang opak , memukul bendil sambil mengucapkan tembang .

Pedangan Opak : Amenangi zaman édan, éwuhaya ing pambudi, mélu édan nora tahan, yén tan milu anglakoni, boya kaduman mélik, kaliren wekasanipun, dilalah kersa Allah, begja-begjane kang lali, luwih begja kang éling lawan waspada.
Tung.. Tung... Tung... Tung.
(Sambil memainkan wayangnya, berharap anak anak datang )
Separuh lakon cerita sudah di bawakan, tetapi tidak ada satupun anak anak yang datang. Kemudian pedagang terdiam.

Kandar : sudah laku banyak dagangannya kang?

Pedagang : belum satu pun kang, saya sudah capek berkeliling seharian.. Kenapa jalan jalan jadi sepi kang?
Dua bulan Yang lalu saya ke desa ini, suasananya tidak seperti ini, pantai ramai dengan anak anak bermain , tetapi kenapa sekarang seperti ini?

Slamet : Hidup sekarang susah lek, susah, seperti lagumu tadi...

pedagang : susah bagaimana?

Slamet : ya susuh, angel...

Pedagang : la iya... Katamu susah, susah gimana?

Kandar : heeeem, (sambil nyeruput kopinya).
Lek.... Hidup sekarang memang susah.. Meskipun segala fasilitas ada.

Slamet : ya lek, hidup sekarang susah, meski fasilitas serba ada.

Pedagang: he.. Dek.. Saya kok tambah bingung dengan kata sampeyan?
Saya ini orang gunung, hidup dipelosok, tidak kenal banyak hal , selain berladang  dan mengumpulkan hasil hutan, dua bulan sekali baru turun gunung, menjual ompak, sambil nanti beli kertas bekas dan sumbo pewarna, untuk bendara kertas.

Slamet  : kang, memangnya di tempat sampeyan tidak ada tivi atau radio?

Pedagang : ya di gunung tidak ada tv, saya hanya punya radio AM/FM, tapi... He... He... Sudah 3 bulan ini habis baterainya., jadi saya tidak tahu informasi apa apa.

Slamet : lah ini, makanya dari tadi saya bilang kalo hidup sekarang susah Kang, tidak paham juga ?
Kang! ... Hidup sekarang susah meskipun segala fasilitas ada !.

Pedagang  : lah iya... Susahnya apa?... (Sambil memukul bendilnya.. Tung... Tung.... Tung....)

Kandar : ( Tertawa terbahak bahak )
Kang lek, hidup sekarang susah, banyak makanan enak tetapi tidak bisa membelinya, padahal sudah terlanjur tahu dan melihat, setiap hari di iming imingi  iklan tv, rasanya sudah terbayang banyang, tetapi... Uang tidak ada, hanya cukup untuk membeli beras dan minyak goreng.
Kang, fasilitas sekarang serba ada, mau haji tinggal naik pesawat terbang, tetapi susah dan antri puluhan tahun untuk bisa pergi haji.

Slamet  : betul itu kang, sekarang rumah sakit banyak, bagus dan mewah ,tetapi.. Tak terjangkau harganya, orang miskin dilarang sakit kang, sebab biaya rumah sakit mahal.

Pedagang : Lah, saya kok gak ngerti kalo orang miskin dilarang sakit?, lah terus kalo sakit bagaimana dek?

Slamet : Kalo sakit ya .. Mati saja..!!

Pedagang  :  ( terdiam, tertunduk sambil  mengulang kata kata, kalo sakit mati saja,Kemudian menangis dan berteriak, menyebut nama istrinya... )
Paijah..... Paijaaaaah...

Slamet  : kang. Kang !!! .. Kenapa menangis...?

Pedagang : istri saya Paijah sedang sakit, katamu tadi, orang miskin dilarang sakit, disuruh mati saja...
Paijaaah... Paijaaaaah ( sambil menangis..)

Kandar : sudah sudah....
Begini kang , biaya berobat di rumah sakit sekarang mahal, belum lagi obat obatan yang harus ditebus juga mahal, orang miskin tidak bisa berobat dirumah sakit, jadi kalo bisa jangan sakit, jaga kesehatan.

Pedagang  : ooooh.... Jadi begitu, jadi istri saya tidak jadi di suruh mati?

Kandar  : ya tidak kang, tp.. Jaga kesehatan, karena kalo sakit,biaya berobatnya mahal.

Datang, Dua orang Linmas, berpakaian seragam hijau .. Sambil membawa pentungan.
Hansip 1 : Permisi kang kang....
Perlu saya sampaikan, bahwa kepala desa telah memerintahkan untuk berada di luar rumah, tidak boleh berkerumun, tidak menginzinkan pedagang dari luar desa masuk, pemulung dan pengemis.
Peraturan desa sudah ditetapkan sebulan yang lalu.
Hansip 2 : betul... Kalo bisa saudara saudara dirumah saja...

Pedagang : Mohon maaf, saya kok tidak mengerti... Pak Hansip.!!
Dua bulan lalu saya berjualan di pantai ini, desa ini, masih biasa saja, pantai masih ramai dengan anak anak bermain  pasir dan layangan. Jalan jalan masih ramai.. Kok sekarang sepi, seperti kuburan, apa sebenarnya yang terjadi?

Hansip 1 : Begini kang lek.... Beberapa bulan yang lalu, ada penduduk desa ini yang pulang dari bekerja sebagai buruh migran di Cina, kemudian beberapa hari dirumah yang baru selesai di bangunnya dari hasil kerja jadi buruh migran bertahun tahun, beliau meninggal.

Hansip 2 : betul... Awalnya beliau panas batuk, kemudian berobat ke pak mantri.. Setelah berobat sehari kemudian panas, kejang, sesak nafas... Lalu meninggal.

Slamet  : kasihan.... Padahal baru selesai rumahnya.

Pedagang  : ooooh.... Terus kenapa kok desa ini jadi sepi? Apa yang meninggal jadi jerangkong? Pocongan? atau mayat hidup?

Slamet  : hussssss, jangan ngawur kang lek...

Pedagang : lah terus kenapa?
Saya kok jadi tambah bingung? Sudah begitu dagangan tidak laku laku..

Hansip 2 : begini kang , kata bu dokter puskemas di kecamatan, desa ini katanya terinfeksi virus..

Pedangang : waduuuuuh ( sambil memukul bendilnya)... Apalagi itu?
Pirus... Seperti batu akeq, begitu?

Slamet : Gundulmu kang..!!!

Hansip 1 : itu phyrus, kalo ini virus, penyakit ganas yang bisa menyebabkan kematian, pagi masih hidup, sore meninggal, sore sehat, pagi lemes gak bisa bernafas kemudian mati.

Pedagang : ooooh... Kalo di gunung itu namanya pagebluk.
Waduh, memangnya pagebluk ini menular ya? Kok jadi sesepi kuburan pantai ini.?
Hansip 2 : iya... Pagebluk ini menular, kalo berdekatan bisa tertular lewat udara, liur dan kontak langsung..
Makanya pak kepala desa membuat peraturan semua warga dilarang keluar, dirumah saja.. Agar terhindar dari pageblok ini.

Hansip 2 : serta melarang orang asing masuk ke dalam desa, pengemis, pemulung, tamu dari luar desa.

Hansip 1 : maka dari itu, saudara saudara harus segera pulang, dirumah saja, jangan berkumpul..

Slamet  : maksud nya bagaimana pak hansip, jaring belum selesai diperbaiki, sebentar lagi musim baratan tiba, beberapa hari kedepan kami harus melaut, sebab beberapa hari kedepan kami sudah tidak bisa melaut.

Pedagang : iya pak hansip, dagangan saya juga belum laku, saya harus membeli minyak goreng, beberapa obat buat istri saya dan batu baterai buat radio saya.
Saya tidak mau pulang pak hansip, hari sebentar lagi malam, biasanya saya ikut menginap di gardu nelayan ini..

Hansip 1 : betul kang, saya juga kasihan dengan kang lek, tetapi ini peraturan kang... PERATURAN !!

Hansip 2 : iya kang lek, yang membuat peraturan ini bapak kepala desa, untuk menyelamatkan warganya..

Slamet : pak, bagaimanapun peraturan juga harus memikirkan dampaknya bagi rakyat kecil, kalo jaring tidak selesai, besok subuh saya tidak bisa melaut.. Ini kesempatan saya untuk mencari rizki, beberapa hari lagi.. Musim baratan sudah tiba..
Pokoknya saya tidak mau pulang, sebelum jaring saya selesai.

Pedagang  : saya juga tidak mau pulang, dagangan saya belum laku, saya butuh membeli obat untuk istri saya.

Hansip 1 : pokoknya semuanya harus pulang... Titik!

Hansip 2 : betul... Titik!
Peraturan harus di tegakkan.. Setegaktegaknya.

Kandar  : Tunggulah sebentar, kami akan selesaikan, kemudian kami akan pulang.

Hansip 1 : Tidak bisa...!  Kalian sudah berkumpul lebih dari 2 jam, apalagi ada orang dari luar...
Kalian harus bubar!!! Bu... Baaar..!!!

Hansip 2 :( menghalau orang orang untuk bubar.... )
Pedagang  : tolong pak jangan usir saya, hari sudah hampir gelap, istri saya butuh obat, saya butuh baterai buat radio saya..
Tolooong pak... Tolooong..
Jangan rusak dagangan saya, jangan rusak wayang wayang saya...

(Tiba tiba, slamet memukul kepala salah satu hansip dengan kayu... Dan robohlah hansip itu, untungnya tidak sampai mati, hanya pinsan)

Hansip 2 : kang... Sampeyan harus bertanggung jawab kang.... Saya akan lapor ke balai desa..
Kandar    : Tunggu pak, jangan laporkan, kita selesaikan di sini dengan baik.

Hansip 2 : maksudmu bagaimana kang Kandar?
Slamet sudah memukul teman saya, ini berarti tindakan melawan aparat desa. Ini harus dibawa ke balai desa, agar di urus secara hukum..
Ini jelas perbuatan melanggar hukum.

Kandar : maksud saya begini, sabarlah sebentar, biar berbicara..

Hansip 1 : baiklah, apa yang akan kau bicarakan?.

Kandar   : kita semua sudah susah dengan kondisi seperti ini, setiap hari ada yang mati, teman kita,kerabat kita, akibat pagebluk ini, kami juga menghadapi kematian lain yang pelan pelan datang, sebentar lagi musim baratan datang, kelaparan akan menimpa kami, barang pecah bela di lemari sudah habis kami jual karena tidak ada yang membeli ikan ikan tangkapan kami, karena warga tidak boleh keluar rumah, ikan ikan tidak bisa dibawa ke kota, kalo pun bisa, disana orang tidak bisa mrmbeli ikan, mereka tidak mampu membeli ikan, hanya tahu dan tempe.
Anak anak kami juga butuh biaya, tahun ajaran baru, kami harus membayar uang  sumbangan pembangunan, membeli buku LKS, dan Bupena..
Kami seperti di gantung pelan pelan, bukan hanya pagebluk ini saja yang membuat kami mati, plait ini juga..!
Dan sebentar lagi... Entah lusa atau besok musim baratan segera datang, ombak besar dan kami tidak bisa melaut... Hutang kami kepada koperasi semakin banyak, perlahan kami meminjam uang kepada rentenir.. Bunganya mulai lebih besar dari pokoknya..
Silahkan pak ... Silahkan tangkap kami!!
Hidup kami pelan pelan sudah mati...!
Silahkan pak....
( semua terdiam....)

Pedagang : istri saya butuh obat pak, radio saya butuh baterai ABC.

Slamet  : Silahkan tangkap saya pak..
Saya bersalah, saya terbawa emosi..
Saya takut pak... Saya takut....!
( semua terdiam )
Anak saya masih bayi, butuh susu kaleng, karena air susu ibunya tidak lancar akibat kurang gizi, kurang makan, uang kami sudah habis untuk biaya bersalin dirumah sakit, akibat kelahiran yang tidak normal..
Tangkap saya pak... Kami pelan pelan sudah mati.. Kalo tidak oleh pagebluk ini, kami juga mati oleh kelaparan, atau oleh jeratan tali gantung diri, akibat hidup yang semakin susah..
( semua terdiam .. Kemudian Hansip 1 berdiri.. Meski masih sempoyongan)
Hansip 1 : sudahlah.... Saya tidak apa apa...
Tidak usah dibawa ke balai desa, kita semua sudah susah...

Kandar    : terimakasih pak, izinkan kami sebentar lagi menyelesaikan jaring kami.. Lalu kami akan pulang.

Pedagang: saya juga pak, izinkan saya bermalam di sini.. Dagangan saya harus habis pak, istri saya butuh obat... Dan radio saya butuh baterai.

( Tiba tiba langit jadi hitam, angin barat berhembus kencang, ombak setinggi dua meter menghantami bibir pantai.. )

Kandar : ( matanya berkaca kaca) sudah di mulai..... ( wajahnya tertunduk lesu).

Kemudian sesorang datang dengan setengah berlari.....

Mat Pleki  : kang Slamet..... Kang...
Kang Slamet...

Slamet  : ada apa Mat, kenapa kamu berlari lari...?

Mat Pleki  : kang.... ( dengan suara lemah tersengal sengal)... Kang.... Istrimu tidak bisa bernafas kang,.. Batuk berat, panas dan susah bernafas....

Slamet : ( sambil berlari ).. PAGEBLOOOOOOkk.... ( menagis ).

(Semua terdiam...hanya suara nyanyian angin yang terdengar, kemudian petir dan gluduk terdengar.. Angin berhembus kencang, nyanyian angin barat.)

( suara biola...... Menyayat)
Lampu fade Out

Selesai.

Tayu, 18 Agustus 2021
Pukul 15.00 wib
.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABAR KEMATIAN

  KABAR KEMATIAN Kabar kematian  Di siarkan lewat corong pengeras suara Dari masjid dan surau.  Sahut menyahut, hampir tak ada jeda.  Manusi...