BABAK 1.
(Adegan terjadi di sebuah ruang kamar, Kartini sedang menulis surat-surat)
Kartini : surat ini untuk temanku Stella.
Stella,Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?
Kartini : Stella temanku, Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca”.
Kartini : Stella, Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya”.
“Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?”
(Kartini bangun dari kursi, berjalan memperhatikan ruangan kamarnya, kemudian duduk lagi di meja, meneruskan menulis surat)
Kartini : surat ini untuk nyonya Abendanon.
Nyonya, aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya.
Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghapal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.
Nyonya ,Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kitab ini terlalu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.
BABAK 2.
(Suasana pengajian mbah Sholeh Darat di pendopo Kabupaten, terlihat mbah Sholeh sedang mengajarkan makna surat Al Fatihah, Kartini serius memperhatikan pengajian, lalu pengajian selesai).
Kartini : Paman, tolonglah antar saya ke kyai Sholeh Darat, saya akan menanyakan beberapa hal kepada beliau.
Paman : Jangan Ananda, perempuan jangan bertanya macam-macam kepada kyai, perempuan hendaklah di rumah saja, melayani suami dan merawat anak-anak.
Kartini : tapi paman, tolonglah saya paman , sekali ini saja paman, saya ingin berbicara pada kyai Sholeh sebentar saja.!.
Paman : baiklah, demi menyenangkan hati ananda, paman antar menemui kyai Sholeh.. Ayo....!
Kartini : . Kyai, perkenankan saya bertanya, bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?”
Kyai Sholeh : Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?
Kartini ; Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubari ku.
( Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela)
Kartini : Bukan buatan, rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Alquran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Alquran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”
Kyai Sholeh : Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar.
BABAK 3.
(Kartini mengajar para perempuan, dipendopo rumah, setelah belajar selesai, Kartini menyuruh muridnya menuliskan suratnya)
Kartini : ananda, tolong tuliskan surat saya untuk nyonya Van Kol.
Murid : Baik Raden Ajeng?
Kartini : Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama.
Kartini : Ananda, tolong tuliskan juga surat buat Nyonya Abendanon.
Murid : Baik Raden Ajeng,,,!!
Kartini : Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami.
Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna?
Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban?
Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah SWT.
Dan akan mengajari perempuan-perempuan bangsa saya.
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG.
SELESAI.
Tayu, 03 November 2021.
* Refrensi di ambil dari beberapa media online.
* Beberapa kalimat ditulis secara sama, agar tidak mengurangi maknanya.
* Penulis hanya menyusun ulang menjadi naskah drama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar