Pada saat saya dalam kondisi krisis secara mental di kisaran tahun 2016 saya menfokuskan diri pada rutinitas pekerjaan sehari-hari sebagai nelayan, sambil menghabiskan malam-malam dengan berzikir di sebuah langgar kayu panggung yang saya dirikan bersama beberapa sahabat saya, di sana, di sela-sela berdzikir kami kadang membincangkan persoalan kebudayaan, kesenian. Betapa saat itu saya merindukan suasana berkesenian seperti saat masih merantau di Jogja.
Kemudian disuatu Ketika, seseorang menemui saya, dan bercerita tentang dirinya dan teman- temannya yang sedang membikin sebuah sanggar kesenian yang bernama SAUT (Sanggar Anak Laut). Saat itu saya sebenarnya masih enggan untuk kembali aktif berkesenian,di samping karena situaisi hidup saya yang masih labil, saya juga berfikiran bagaimana nantinya bila harus berkesenian di daerah yang masyarakatnya kurang menghargai seni, saya memandang masyarakat pantura Lamongan –Gresik seperti itu, saat itu. Karena memang saya jarang mengetahui adanya kegiatan berkesenian,khususnya teater. Namun demi menyenangkan kawan saya tadi, yang juga mengaku satu alumni dengan komunitas saya waktu di Jogjakarta, akhirnya saya menyanggupinya.
Tidak berselang lama,satu persatu saya mulai bisa berkenalan dengan pegiat-pegiat kesenian di pantura saat itu, salah satunya adalah mas Johan Khoiruzzaman, dengan beliau kami menggagas untuk membuat sebuah acara kesenian yang mengusung nilai tradisi pesisiran, dalam sebuah pementasan yang di dalamnya memuat unsur kesenian musik tradisi dan teatrikal dengan bintang tamu kang Budi Cilok, yang di awali dengan penanaman pohon di pinggir pantai. Disaat acara berlangsung, saya baru mengerti bahwa di pantura Lamngan-Gresik ternyata banyak komunitas kesenian,baik komunitas seni tradisi maupun modern ,komunitas teater pelajar juga berkembang subur, pegiat kesenian juga banyak ,diantaranya saya berkenalan dengan pak Zuhdi Amin, Mohammad Naim (KOTASELAM).
Dari sanalah pandangan saya tentang kesenian di wilayah pantura Lamongan-Gresik mulai terbuka, salah satu yang membuat penasaran saya adalah adanya komunitas teater sekolah kabupaten Gresik (KOTASEGER) yang saya perhatikan begitu aktif dalam mengerakkan teater di kalangan pelajar di samping itu, komunitas ini saya perhatikan mampu menjadi perekat silaturrahmi antar komunitas kesenian di pantura, tidak hanya dengan komunitas teater pelajar, tetapi juga dengan komunitas kesenian mandiri dan mahasiswa, tentu saja ini amat mengherankan bagi saya, semakin hari saya amati, ternyata situasi di pantura hampir sama dengan di Jogjakarta, artinya, dipantura saat itu banyak sekali ragam acara kesenian yang bisa dinikmati seperti di Jogjakarta,ada acara Padang Mbulanan di Teater Ndrinding,Temu Karya di Teater Serulink, pentas seni di Teater Pasir, dan masih banyak lagi.
Karena di dorong oleh rasa penasaran, saya berusaha bertanya pada beberapa pegiat seni di pantura, siapa sebenarnya orang yang awalnya memperjuangkan kesenian khususnya teater dikalangan pelajar, yang saat itu saya rasa begitu luar biasa pergerakan teater pelajar di wilayah pantura. Akhirnya satu nama saya kantongi,yaitu cak Roin.
Melihat perkembangan teater pelajar,teater kampus dan teater independen di wilayah pantura Gresik sampai Lamongan tidaklah terlepas dari peran sosok cak Roin, Sosok yang begitu militan dalam meperjuangkan berdirinya banyak komunitas teater pelajar, membina teater kampus dan independen, dimulai dari masa beliau masih duduk di bangku kuliah, beliau dudah malang melintang menimbah ilmu teater dari berbagai tokoh teater nasional, beberapa kota beliau singgahi untuk menjalin komunikasi dan silaturrahmi dengan komunitas teater, pegiat dan tokoh teater. Hal ini terus beliau lakukan sampai saat ini, tidak hanya sampai di situ, cak Roin juga masih aktif dalam mendatangi acara-acara kesenian di pantura, memberi masukan dalam beberapa program kerja komunitas teater, membantu secara finansial terhadap acara kesenian.
Di kancah perteateran Jawa Timur, cak Roin menjadi salah satu sosok yang cukup di segani di kalangan tokoh teater seangkatan beliau, salah satu pernyataan dari seorang tokoh teater jawa timur yang masih saya ingat adalah, bahwa cak Roin meskipun bergelut di dunia kesenian tetapi tidak meninggalkan kesholehannya, rajin beribadah dan pandai bergaul, pandai menempatkan diri, sehingga dianggap tua dan di segani. Hal ini terbukti dengan beliau menjadi salah satu penasehat dewan kesenian jawa timur.
Hal yang menarik menurut saya tentang perjuanagan cak roin adalah beliau memilih untuk memulai perjuangannya dalam meneruskan langkah berteaternya dengan membina pelajar-pelajar,bukan mahasiswa. Beliau masuk kesekolah-sekolah menengah atas menawarkan diri untuk membina ekstra kulikuler teater, menjembatani antara pihak sekolah dengan pembina–pembina teater yang notabene adalah anak didik beliau atau teman-teman seperjuangan beliau. Sehingga dalam kurun waktu tersebut sekolah-sekolah menengah di kabupatyen Gresik sudah memiliki ekstra kulikuler teater hampir di semua sekolah menengah atas dan kejuruan.
Kemudian untuk terus saling berkomunikasi dan menjalin silaturrahmi antar komunitas teater pelajar di kabupaten gresik, cak Roin membentuk jejaring komunitas dan silaturrahmi antar teater pelajar se kabupaten Gresik yang kemudian hari di kenal dengan KOTASEGER, Perhimpunan ini kemudian menjadi motor penggerak yang mengerakkan komunitas teater pelajar kabupaten Gresik,dengan banyak melakukan kegiatan bersama, diantara kegiatan KOTASEGER aantara lain : 1. LABSE (Latihan Bersama Sehari ) kegiatan ini merupakan kegiatan latihan bersama antar komunitas teater pelajar, di dalam nya termasuk juga latihan alam, diskusi tentang teater. 2. LAGISTIK (Latihan Gabungan Insan Seni Teater ) kegiatan ini sekupnya lebih besar dari LABSE karena di adakan beberapa hari dengan mendatangkan instruktur dan narasumber yang cukup mumpuni, di dalamnya memuat latihan dramaturgi, latihan alam, diskusi teater, penciptaan kreatif dan beberapa perform. 3. Ngaji Teater di bulan Romadlon 4. Temu Karya dan Pentas Tamu, 5. Halal bihalal KOTASEGER setiap tahun di bulan Syawal dan masih banyak lagi kegiatan KOTASEGER.
KOTASEGER inilah yang menjadi ikon dari cak Roin, wadah bagi beliau menelurkan ide gagasan, dan membina kader-kader teater yang kemudian hari banyak melahirkan pegiat teater yang militan seperti beliau, banyak sekali dari sentuhan KOTASEGER dan cak Roin kader-kader yang menyebar ke berbagai kota ,ada yang melanjutkan study di kampus teater, ada yang ikut di komunitas teater independen di kota kota lain,menjadi pembina teater di sekolah dan kampus. D iantara yang masih terus eksis dan berkarya adalah Sanggar Pasir, yang merupakan sanggar kesenian independen yang beliau bidani, tempat kader dan rekan seperjuangan beliau terus berkarya.
Dalam hal karya, cak Roin banyak menghasilkan karya pertunjukan yang dimainkan oleh Teater Cepak SMAN 1 Gresik dan Teater Lampu SMAN 1 Sidayu, juga beberapa puisi yang sering dibacakan oleh beberapa penyair di acara sastra dan seni. Di antara puisi beliau yang terbaru adalah :
RERINTIK
Air langit tumpah.
Kapal-kapal sandar.
Pulau idola menjadi rebutan.
Mencari kekasih dimasa lalu.
Menyeruput secangkir kopi didepan televisi.
Natuna wuhan menghentak jagad samudera.
Corona silapkan sayup-mayup dunia.
Rick dari corona sudah ada ditulis pujangga.
Ke sunyi mana kau bersembunyi.
Ke palung mana kau berkecimpung lindung.
Tanda merah sampai juga.
Bingung kampung tutup rapat pintu-pintu, lorong-lorong, dan juga lompongan-lompongan.
Bahasamu mendakik kanan - kiri.
Dada hampa taklah niat meringkus dan menghalang.
Saat senja mulai melangkahkan kaki.
Zona zender gamang gerak, gamang ibadah, gamang hidup.
Kota yang belum lelap sayup suara malamnya.
Seperti biasa, seperti dulu dan seperti sebelumnya.
Hidup waras - hidup gila - hidup waras setelah gila.
Juga masa orang-orang yang pernah singgah.
Demi yang sabar - demi yang tak sabar.
Demi merah - hitam.
Demi kuning - hijau.
Demi putih - biru.
Demi gulita pandangan.
Pada sajak - sajak tak bernama.
Jurus singkatmu sehat protokol.
Kupepat istighfar dan do'a-do'a semayam sabar.
Lalu seakan bertemu dilembar-lembar waktu.
Berbagi kisah, alamat serta lukisan.
Tentang dinding tebal rumah kaca, petimati.
Jarum suntik dan alat infus.
Baju astronot juga uang liaran.
Sebelum membayang mata.
Mata yang menyimpan kenangan haru.
Mengendap menyelinap lalu kulepas dalam desar desirmu.
Roin Sidayu
Rabu,16Juni2020.
Biografi Beliau sebagai berikut :
Nama lengkap beliau adalah Muhammad Dzunnuroini, lebih akrab dengan panggilan Cak Ro’in. Ia adalah anak ke 5 dari 5 bersaudara hasil produktifitas pasangan K Ghufron Hasyim dan Hj. Suhla. Masa kanak-kanak beliau habiskan di TK ABA (Aisyiyah) Sidayu, lalu mengorek ilmu di SD Sidomulyo II Sidayu untuk memnperoleh ijazah SD. Setelah menerima ijazah SD, ia segera melanjutkan ke SMP N 1 Sidayu, dan kemudian menamatkan SMA di SMAN 1 Sidayu dan melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Jember. Entah apa yang mengendap dalam otak kirinya sehingga ingin menekuni dan berperang dalam dunia teater. Menurutnya, kehidupan tidaklah jauh berbeda dengan drama, dimana Allah SWT sebagai sutradara, alam semesta sebagai latarnya, dan mahkluk hidup – manusia, hewan, tumbuhan, dan alam – sebagai tokoh-tokoh didalamnya. Ketika saya bertanya, “Lalu, dari mana kita mengetahui skenario dari sandiwara yang kita mainkan itu?” Dengan senyum semut beliau menjawab, “Al-Qur’an, Hadis, Ijma’ dan Qiyas.” Atas dasar itulah, saya tertantang menekuni bidang kesenian-tradisi-pendidikan sebagai wilayah tutur gumulung raga di kehidupan yang singkat ini. Dan semua itu tidak terlepas dari “virus” yang dikembangbiakkan Cak Ro’in. ( di kutip dari tulisan Rakai Lukman “SEKELUMIT KISAH "KIAI" TEATER SEKOLAH DI KAB GRESIK’ “).
Berikut saya ini saya kutipkan lagi dari tulisan Rakai Lukman yang dia ambil dari sebuah tulisan cak Roin, yang sungguh memperkaya khazanah pemahaman kita tentang kehidupan, kesenian, dan kebudayaan.
“Planning hidup ke depan dalam menggembangkan diri berdedikasi di bidang seni dan budaya, sebagai proyeksi akan ide dan gagasan yang bukan hanya berhenti dalam lisan dan obrolan semata. Perlu dilakukan langkah-langkah dalam menggapai cita-cita. pertama akan mendirikan pesantren budaya, sebagai wahana, tempat tumbuh dan berkembangnya generasi bangsa yang berwawasan dan berprilaku regius serta berbudaya dalam mengemban hidup sebagai khalifatullah. Sehingga terciptanya karya, cipta dan karsa yang beretika dan berestetika.
Pesantren dan Sanggar Budaya bukan hanya berproses dalam seni semata, yang mana kebebasan berkreasi perlu penyeimbang berupa tunjuk ajar dan pekerti yang berbudi luhur dalam mencapai teguhnya iman untuk menuju insan yang bermartabat. Pesantren Budaya ini nantinya akan memiliki banyak program yang berisi tentang keagaamaan seperti pengkajian al-Qur’an dan kreativitas kesenian yang islami, khususnya di bidang Teater, juga mengusung seni musik yang robbani dan membina kecerdikan peserta didik di bidang seni rupa, kaligrafi, lukis, musik yang tidak terlepas dari etika. Di samping itu akan mengadakan pengkajian budaya islam (antropologi dan sosiologi islam) setiap minggunya.
Kedua mendirikan Sekolah Seni yang bernuansa lokal dan mampu mengimbangi arus globalisasi yang menggeser moral generasi bangsa. Sehingga pendidikan seni merupakan salah satu tonggak untuk memperkokoh mental generasi bangsa yang berbudaya dan memiliki kearifan dalam kehidupan. Sekolah ini yang akan memprioritaskan pada seni pertunjukan teater, sastra, musik, tata busana dan kerajinan. Pendidikan seni bukan semata-mata formalisasi kesenian melainkan pemantapan akan kesenian yang lebih dihargai baik secara tradisi maupun modern. Sehingga pendidikan kesenian mampu mengarahkan dan membina siswanya dalam berproses kreatif mengedepankan moral dan keindahan. Bahkan seni, khususnya teater tidak dipandang sebelah mata oleh kalayak umum, melainkan perihal yang sepatutnya ada dalam kehidupan.”
Demikianlah, cak Roin dimata saya, seorang pejuang kesenian yang begitu luar biasa, menjadi panutan, sekaligus sesepuh yang senantiasa meneteskan santan saripati kesenian dan kehidupan.
Deni Jazuli
11 September 2021
PP.Al Badriyah Tayu Pati Jateng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar