Selasa, 10 Agustus 2021

PERTEMUAN SENJA

 


Karya: Ifeginia TBTD


Hari berganti hari

Siang berganti malam

Waktu terus berputar

Sebelum langit menjadi gelap. Aku tahu, senja yang kau tunggu. Aku tak perlu berbicara jika aku tak suka senja. Bahagiamu adalah bahagiaku.

 “Saat senja, langit jadi tampak indah. Ada warna lain selain biru” ujarmu menjelaskan.

 “Indah sekali ya” tambahmu.

Aku tak tahu apa alasanmu sangat menyukai senja. Kamu menikmati senja dengan membaca sebuah buku dan segelas teh hangat di atas meja. Sesekali kamu menengok langit, entah apa yang ada di fikiranmu. Berbeda dengan ku, meski senja berganti malam, mataku masih saja fokus ke layar komputer milik kantor. Bekerja sampai larut malam. 

Satu kesempatan, saat aku bisa bertemu dengan mu di kafe milik atasan ku. Kamu seorang penulis yang di undang untuk menghadiri acara launching kafe baru atasan ku itu. Aku juga di undang, jadi aku datang memenuhi undangannya. 

Saat acara sudah akan di mulai, semua tamu di minta untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan. Kebetulan sekali, saat itu aku duduk bersampingan dengan mu.

 “Boleh kenalan?” tanyaku tiba-tiba. Ah! Tidak, sebenarnya aku sudah tahu siapa namanya. Sudah sejak lama aku menyukainya.

 “Nirmala” jawabnya singkat.

 “Serius? Serius dong” 

 “Velyna Monnica” katanya lagi. Senyumnya manis, aku menyukainya.

 “Velyn? Oh iya, aku Dimas. Dimas Ariya”

***

Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Sudah 5 senja mempertemukan kita, 5 malam juga berlalu. Selama itu ternyata sudah menciptakan guratan rasa dan kesan yang semakin dalam. Jatuh cinta kah aku kepada mu? Velyn Monnica, gadis cantik yang telah menulis karyanya di hatiku. Hatiku sedang bimbang rasanya. Apa harapanku ini akan terwujud? Berharap teleponku berdering karena ada panggilan masuk darimu. Tak mungkin jika harus aku yang  menghubungi mu lebih dulu. Katamu “Biar aku saja menghubungimu”. Entah kenapa, mungkin karna waktu nya tak ingin di ganggu, penulis, wajar saja jika dia juga sibuk. 

 “Pernah kamu merasa bimbang? Di hadapkan dengan sesuatu yang sangat bimbang?” tanyanya,

 “Pernah, bahkan sekarang aku sedang bimbang” jawabku. Pembicaraan kami di senja ke-6 semakin serius. Kembali bertukar fikiran dan menyatukan rasa yang masih ragu untuk bersatu.

 “Aku juga bimbang, aku menyukai seseorang. Aku ingin bersamanya, tapi aku ragu”

 “Apa yang kamu ragukan?”

 “Bukan cinta aku atau dia yang aku ragukan. Tapi aku sendiri tak akan pernah tahu, apa akan bertahan dengan ego masing-masing atau....” kamu menghentikan pembicaraan, aku mengerti apa yang kamu rasakan. Senja sudah berganti malam, lagi. 

 “Aku pulang, sampai jumpa lagi” pamitnya, tubuh ramping itu beranjak dari duduknya.

 “Di senja-senja berikutnya” ku jeda.

 “Yakinkan aku” menyampingkan tas di pundaknya, merapihkan rambutnya dan mulai beranjak pergi meninggalkan ku. Di depan pintu masuk, dia melambaikan tangannya. Ku lambaikan balik tangan ku dan tersenyum.

Aku selalu memburumu waktu ke waktu. Ku coba menyelinap di antara padatnya waktu mu. Siapa yang kau sukai? Aku tak tahu pasti.  Ku yakinkan saja hatiku jika itu aku.

***

Pagi ini, ku sruput secangkir kopi pahit pembuka hari ku. Ada pesan masuk dari mu, begitu antusias aku membacanya.

 “Pagi ini, buku perdana ke empatku sudah mulai di pasarkan. Doakan semoga banyak pembaca yang menyukainya” pesan mu. Aku nyengar-nyengir membaca pesan dari mu. Ku sibukan jariku mencari ejaan kata di layar handphoneku.

 “Buku yang kemarin kamu berikan untuk ku? Aku saja menyukainya, aku yakin pembaca yang lain juga akan sangat menyukainya” ku kirimkan balasan pesan.

Hari ini, tanggal merah. Ku habiskan waktu ku di rumah saja, tak mau memaksamu meluangkan waktu untuk ku. Ada yang aneh rasanya, ada sesuatu yang mengganjal di hati ku. Sesuatu yang meresahkan ketenangan. Tak ku perdulikan, ku abaikan saja. Semakin ku abaikan semakin meresahkan, ada apa ini?

Siang ini, ada beritra di televisi tentang tabrakan beruntun di jalan utama di tengah kota. Salah satu gambar di kamera menyorot mobil putih persis seperti milik mu, ku perhatikan plat nomor mobil itu, memang itu mobil mu. Namamu ada di pengumuman korban tabrakan beruntun itu. Betapa terkejutnya aku mengetahui berita itu. Penuh pertanyaan di kepalaku? Kenapa bisa? Apa penyebabnya? Kenapa harus kamu juga? Apa? Kenapa? 

Malam harinya, aku melewati senja ke-9 tanpa mu. Aku menemuimu di rumah sakit, menurut info di berita kamu salah satu yang di rawat di UGD. Ku temui di ruang UGD memang benar, ada kamu.

 “Velyna Monnica Dok. Bagaimana kondisinya? Sudah ada keluarga yang datang?” tanyaku pada salah satu dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.

 “Velyna Monnica, sementara ini kondisinya kritis. Akan kami pindahkan ke ruang ICU. Dan apa anda ini keluarganya? Pihak rumah sakit belum bertemu dengan keluarga” jelas Dokter.

 “Saya sahabatnya, terimakasih Dok. Lakukan yang terbaik” kataku. Gelisah, mencoba tenang. Mondar-mandir tak karuan. Aku sendiri belum pernah bertemu dengan keluarganya. Mengenal Velyna saja belum terlalu jauh. Tapi rasaku untuk nya sudah telanjur jauh.

***

Ini senja ke-20 yang ku lalui tanpamu. Kemarin sore, keluargamu datang. Setelah satu minggu kamu di rawat inap. Mereka ingin membawamu ke luar negri untuk melakukan perawatan intens dan pengobatan yang lebih serius. Untuk melihat mu saja, aku masih belum di izinkan. Kondisimu masih kritis, matamu masih terpejam. Aku tak tahu kapan kondisimu akan membaik. Aku hanya rindu, membaca tulisan-tulisan mu. Melewati senja bersama mu. Memburumu di setiap waktumu. Apa kamu tidak rindu Milkshake coklat di kafe itu?

Aku menyesal, kecewa, takut, marah, sedih,semuanya memporak-porandakan pikiranku. Hati ku bimbang, semakin bimbang jika seperti ini. Aku tak tenang, ada yang berbeda dari biasanya.

Aku tak tahu, dan tak akan pernah tahu. Apa di senja-senja berikutnya, kita masih bisa bertemu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABAR KEMATIAN

  KABAR KEMATIAN Kabar kematian  Di siarkan lewat corong pengeras suara Dari masjid dan surau.  Sahut menyahut, hampir tak ada jeda.  Manusi...