Succubus
(Arif Bagus Prasetyo)
Sudah.
Hentikan demam itu.
Aku tahu nafsu ingin me nyalibmu Di ujung jam.
Kemudian kau tersenyum.
Mengusap ceruk Pada pangkal.
Dan tercium ruap rumput Seolah teluh telah tumpah ke kuala.
Dari getar kelenjarmu sungai-sungai mabuk bangkai.
Mengendus lembah menempuh kampung-kampung jauh Yang terserak, runtuh, ke mulut syahwat Di tepi tubuh.
Dan tepi tubuh, kau pun tahu, adalah anjung Yang menganjur ke laut lain. Daulah lain, di mana ruh Runduk terpancung, menahan oleng, dari tiang yang teriak Kucancang kau, kucincang kau, sepanjang malam Ketika lutut seakan lumat.
Langit lamat.
Dan orang-orang melaknat najis. Menyesah musuh Yang musti musnah. Dengan tatap terhunus hilang Menembus nimbus.
Sorga: rumah kunci yang berkarat.
Noda karat merah tua Pada tekstur yang membusuk.
Aku tahu.
Namun nafsu Takkan takluk.
Akarnya akan melesak masuk.
Telak.
Meringkusmu dalam dengus Dalam sengal
Dan sekarat Yang mendekat
Sudah.
Tumpaskan.
Aku tahu nafsu telah menyalibmu Ke tubuhku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar