Minggu, 04 Agustus 2024

PUSARAN SEPI ( Sekumpulan Puisi)

 


Pusaran sepi


Teruntuk jiwa yang merana di pelataran sepi,
telah ia larung segala rindu dalam litani kematian
pada puing-puing puisi yang getir disapa hangat.
Sebab, nafas cinta tak akan disesap ; lagi.
Maka barangkali, puisi adalah sabda airmata mu
yang tak kunjung habis meski ia terus menangis.
Banyak ke kecewaan yang tak berani terucap,
ingatan yang nyaris lumpuh oleh luka,
dihadapkan dengan pesta tarian-tarian tanpa busana.
Tiap kali harus menangis
membayangkan diri adalah anak kecil yang kehilangan ibunya.
Muram di ujung tempat tidur sebab hanya gelap di situ.
-IFEGINIÆ

Di semesta ini, Anyelir tak pernah rela dirinya mati
Di semesta ini, Anyelir tak pernah rela dirinya mati.
Layu saja ternyata tak cukup bagi bumi. Maka barangkali raganya benar telah mati, habis terurai tanah.
Tapi jiwanya melayang-layang tak pernah mau pergi dari tanah. Inginnya masih menjejak, walau yakin tersisa rapuh.
Ia benar tak rela untuk menepi meski semesta sudah siapkan kepulangannya.
Anyelir terperangkap pada musim kering, meskipun tanah beranjak hingga musim basah. Namun celaka, air tak sanggup hidupkan raganya yang digadang-gadang telah mati.
-IFEGINIÆ

Tembakau

Kotak tembakaumu masih tertinggal di atas meja belajarku. Isinya hanya sisa dua batang.
Apa tertinggal saat hendak kau sembunyikan?
Lalu kemana pemantiknya?
Dengar, separuh hidupmu itu tidak boleh bergantung pada tembakau

Tuhan itu setangkai bunga
Kecil mungil belum berakal menganggap Tuhan itu setangkai bunga.
Diam-diam dipetik, ditiup, barangkali serbuknya bisa mengabulkan permintaan.
Tuhan itu setangkai bunga.
Tetapi dipekarangan rumahnya hanya ada bunga liar dikelilingi rumput.
-IFEGINIÆ

Surat pesta malam
Ketika nyaris terlambat melakukan apa pun, barangkali baru menyadari sesuatu itu berharga.
Ini sengaja tertulis, untuk yang diakui sebagai yang di cintai. Alangkah baiknya tenggelamkan diri lebih dulu pada satu-per-satu kata yang tertuang.
1.
Sebuah surat sudah sampai di tanganmu malam ini. Setelah dentang piano mengakhiri telinga, seorang perempuan tak dikenal memberikan amplop putih —lengkap dengan cap pengenal. Secarik kertas masih tersimpan rapih didalamnya.
“Kali ini, apa yang tertulis?,” katamu.
Sudah tengah malam. Kamu sendiri sedikit menepi dari keramaian para pengunjung pesta.
Dentang piano kembali terdengar, dalam sorotan cahaya ungu, seperti menyimpan kematian dalam lipatan kertas.
[Ungu : Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, aspirasi yang tinggi, misteri, arogan, intuisi, ambisi, magic atau harga diri.]
2.
Kamu senantiasa membacanya, kata tertulis dengan tema-tema menggigil setiap kalimat. Seperti ada luka yang terdapat dalam setiap kata. Surat itu senantiasa terbaca. Seperti ada kekhawatiran yang akan membawamu, kesebuah kota hujan dan malam yang kini jadi benda-benda, yang pada tanganmu penuh cerita.
3.
Maka ketika tiba dalam perjumpaan.
Kita bersalaman! Burung berita telah terbang memeluk sayapnya sendiri.
“Aku pandai merangkai kalimat, seharunya aku mampu mengabadikan kamu” katamu.
Sekarang berhenti, angkatlah matamu. Lihatlah malam yang mengelilingi kita bergerak tanpa suara.
Rasanya seperti berlarian berputar-putar dalam benakku.
-IFEGINIÆ

Bunga
Malam ini, Tuhan, nanar hampa memaksa waktu untuk berhenti barang sejenak.
Yang ku tahu,
kamu menanam bunga,
maka akan ku petik kala ia sudah mekar.
Setelah layu,
aku ingin kamu menanam bunga baru untukku.
-IFEGINIÆ

Kataku
Sudah kubilang,
segala yang tertulis terlahir bersama air mata.
Mengharuskan aku menjelma tumpah.
Sebab nama dan matamu adalah lautan luas.
Sementara aku tidak pernah bisa membuatnya menjadi kering.
-IFEGINIÆ

Genangan
Mantra-mantra kesepian yang menjerit,
bungkam di dekap waktu yang juga
memelukmu erat, bahkan mendadak.
Kemudian pada jantung waktu,
kamu serupa kenangan yang dibasuh hujan.
Kerap berhasil membuatku rindu.

Sembah
Gemar mengutuk diri,
melafalkan doa-doa yang tercurah
hanya untuk keabuan berhala yang disembah dengan prasangka-prasangka baik
-IFEGINIÆ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABAR KEMATIAN

  KABAR KEMATIAN Kabar kematian  Di siarkan lewat corong pengeras suara Dari masjid dan surau.  Sahut menyahut, hampir tak ada jeda.  Manusi...