Minggu, 04 Agustus 2024

OBITUARI NUSANTARA



OBITUARI NUSANTARA

(Karya Irfan /cak Ipan)


Rabo malam yang lembab

menghadap dinding hitam menyala

sepasang mata berkunang-kunang,

menikam mayat-mayat orok haram

sejarah dalam etalase memoria

dari mimbar gelanggang kotbah

lalim dan kufur yang jantungnya

bernanah, membusuk terinfeksi 

euforia iblis-iblis putih, entah kenapa.


Dalam puzzle segi empat sisir

Pulau-pulau yang pernah ada

hanyalah deretan museum dan

makam panjang yang kuziarahi

tanpa lolong ababil dari neraka

dan sepuluh ribu malaikat di pundakku

bertasbih sembari berbisik

marwah Picuru Binisi.


Baiklah,

Dekatkan telingamu tuk prahara ini:

Dari benih kopi hitam orang-orang Bugis

disemai pada genangan peluh

Moyang-moyang tumbuh

di sela goni-goni anyir lembah 

darah kaum lumpur yang tafakur

di ranjang bekas kerbau tidur.

Mereka dihimpit mimpi holy

Anjing-anjing pascakolonial.


Dan,

Kalian-kah pencuri jazirah perang

yang membuat Cheng Ho mabuk

arak zaman dan kelonggaran

Jalan Raya Pos, Jalan Deandels?


Dan,

Di mana mereka menyimpan kisah

Moyang-moyang kami yang dipaksa 

moksa seusai perjamuan setan dan

dengung roasting kopi Sulawesi

berabad lalu hingga ekspedisi pedih

ke pembuluh darah Hindia-Belanda?


Di jalan pedang ini,

Tragedi ini memisahkan kami

dari roh suci Sang Jang Widhi

dari himpit Ranying Hatalla Langit

bahkan dari lekat khidmat Tauhid.


O,

Anak dan cucu haram sejarah,

simaklah prahara ini meski tak 

se-khidmat pantat duduk bersila

rapat kala mendengar dendang 

manaqib para alim dan ulama.


O,

Tanam dalam-dalam di Savana

Jalur Sutera, bahwa sebenarnya

Nusantara disulap menjadi deretan museum 

dan makam terpanjang yang akan

kita ziarahi sepanjang mazhab kelumrahan

tetap hidup dalam jaring laba-laba aksara!


Sampit, Desember 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABAR KEMATIAN

  KABAR KEMATIAN Kabar kematian  Di siarkan lewat corong pengeras suara Dari masjid dan surau.  Sahut menyahut, hampir tak ada jeda.  Manusi...