Selasa, 14 November 2023

BEDAH KARYA SASTRA

 


Kenapa kita harus belajar untuk membedah, menelaah sebuah karya sastra?
Untuk menjawab pertanyaan di atas  kita harus sedikit bersabar dengan berusaha mengupasnya dengan pelan-pelan, sebab bisa jadi untuk bisa memahaminya diperlukan uraian yang cukup panjang.

Kita bisa memulai dengan menguraikan terlebih dulu Ilmu Sastra  adalah ilmu yang menyelidiki tentang karya sastra secara ilmiah dengan berbagai gejala dan masalah sastra. Sedangkan, Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, dan Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Seorang penelaah sastra harus dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dalam bahasa ilmiah, dan harus dapat menjabarkannya dalam uraian yang jelas dan rasional. (Wikipedia)

Ilmu Sastra memiliki 3 cabang, yakni teori sastrs, kritik sastra dan sejarah sastra, yang ketiganya merupakan satu kesatuhan yang utuh. Teori sastra  membahas tentang kaidah, hukum, kriteria, prinsip, kategori, yang membedakan karya sastra dan non karya sastra. Bisa juga dikatakan sebagai ilmu yang mengungkapkan tentang sastra sebagai karya yang memuat pengalaman batin manusia.

Teori sastra memuat unsur intrinsik ( konvensi bahasa, konvensi budaya, konvensi sastra), konvensi bahasa memuat tentang, makna, gaya, struktur, diksi. Konvensi sastra memuat tema, tokoh, penokohan, alur, latar dan unsur yang membangun suasana, sudut pandang dan pesan. Unsur Intrinsik meliputi unsur budaya, aliran, psikologi, filsafat, agama dan politik.

Dalam perkembangannya, teori sastra antara lain :
1.Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme ini muncul melalui adanya pandangan bahwa karya sastra itu merupakan bentuk dari unsur-unsur yang kompleks dan bersistem. Unsur-unsur yang terdapat di dalam karya sastra tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hubungan antar unsur itulah yang digunakan untuk menentukan apakah karya sastra tersebut baik atau buruk.

Teori ini menitik beratkan perhatiannya terhadap struktur yang terkandung dalam teks karya sastra. Maka dari itu, teori strukturalisme atau teori sastra struktural adalah teori yang digunakan untuk mengenali
Unsur-unsur yang berada di dalam (intrinsik) dan di luar (ekstrinsik) karya sastra tidak dapat dipisahkan, keduanya seolah disatukan melalui tulisan.

Unsur Intrinsik

Alur
Unsur alur merupakan salah satu unsur utama pembentuk sebuah karya sastra. Alur atau biasa disebut juga dengan plot adalah bagaimana jalannya suatu cerita yang terdapat di dalam karya sastra. Alur biasanya mempunyai 3 jenis, yakni alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

Tokoh
Unsur tokoh juga menjadi unsur penting dalam membentuk sebuah karya sastra. Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya sastra. Tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang sama tetapi juga berbeda.

Istilah “penokohan” mempunyai pengertian yang lebih luas dari “tokoh” dan “perwatakan”. Penokohan ini mencangkup masalah siapa tokoh dalam cerita dan bagaimana pelukisan watak tokoh dalam cerita.
Setiap tokoh akan mempresentasikan mengenai sosio-kultur masing-masing dan digambarkan dari pola perilakunya.

Latar
Unsur latar juga berperan penting di dalam suatu karya sastra. Latar adalah tempat atau waktu mengenai peristiwa yang terjadi dalam karya sastra. Latar ada tiga macam, yakni latar waktu, latar tempat, dan latar sosial.

Latar waktu ini berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra.

Latar tempat ini berkaitan dengan lokasi atau tempat dimana peristiwa terjadi (dalam karya sastra).

Latar sosial adalah latar yang mengungkapkan mengenai bagaimana perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra tersebut.

Unsur Ekstrinsik

Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang juga dapat dijadikan sebagai unsur terluar dari karya sastra dalam proses menelaah karya sastra menggunakan teori strukturalisme. Latar belakang pengarang dapat berupa faktor-faktor dalam diri pengarang yang mempengaruhinya untuk menulis karya sastra.

Dalam unsur ini, kondisi psikologis pengarang juga berperan penting. Hal tersebut karena kondisi psikologis sangat berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakainya ketika menciptakan sebuah karya sastra.

Latar Belakang Masyarakat
Unsur latar belakang masyarakat juga turut berperan dalam pembentukan sebuah karya sastra. Latar belakang masyarakat tersebut dapat mencangkup adanya ideologi suatu negara, kondisi politik, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial.

Nilai-Nilai dalam Cerita
Sebuah karya sastra itu harus memuat nilai-nilai positif karena salah satu fungsi karya sastra adalah didaktis. Maka dari itu, sebuah karya sastra harus dapat mengandung nilai-nilai ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai-nilai tersebut mencangkup adanya nilai agama, nilai budaya, nilai moral, dan nilai sosial.

2. Teori Psikologi Sastra
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai keadaan jiwa yang ada di dalam diri manusia, sebab manusia tidak akan dapat lepas dari adanya intuisi dan perasaan yang masuk dalam relung jiwanya.

Psikologi sastra merupakan teori yang menitik beratkan pada unsur kejiwaan yang ada di dalam sebuah karya sastra. Unsur kejiwaan tersebut berkaitan dengan tiga hal yakni pengarang (ekspresif), karya sastra itu sendiri (tekstual), dan pembaca itu sendiri.

Konflik-konflik kejiwaan yang dialami tokoh dalam cerita dapat dipandang sebagai representasi konflik kejiwaan pengarangnya. Namun hal tersebut kadang tidak disadari oleh pengarang dalam proses penciptaan sebuah karya sastra.

3. Teori Sosiologi Sastra
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubungan antar manusia dengan manusia lain. Hubungan tersebut bisa saja berteman atau bermusuhan, apapun itu yang terjalin di sebuah masyarakat.

Teori sosiologi sastra merupakan ilmu yang mempelajari sebuah karya sastra berdasarkan realitas sosial yang terjadi. Teori ini akan melihat adanya hubungan antara karya sastra dengan realitas sosial.

Sebelumnya kita sudah tahu bukan jika karya sastra itu merupakan hasil tiruan dari kehidupan manusia sehari-hari. Masalah yang terjadi dalam sebuah karya sastra pun juga terinspirasi dari kehidupan manusia sehari-hari. Maka dari itu, teori sosiologi sastra muncul.

Teori sosiologi sastra juga meneliti mengenai fakta-fakta sosial yang termuat dalam sebuah karya sastra yang merupakan fakta sosial atau hanya imajinasi pengarang saja. Selain itu, teori ini juga dapat meneliti mengenai bagaimana penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.

4. Teori Semiotika
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari mengenai tanda-tanda di dalam bahasa. Semiotika membahas mengenai berbagai tanda di dalam bahasa sebagai wacana yang memiliki makna.

Semiotika mempunyai penanda (signifier) dan petanda (signified). Dalam semiotika juga terdapat adanya tanda, penanda, dan petanda (yang ditandai) hingga akhirnya berkembang menjadi tiga jenis tanda, yakni:

Ikon, yakni hubungan antara penanda dan petanda yang bersifat ilmiah. Contoh: gambar wanita memakai rok di depan kamar mandi wanita.

Indeks, yakni suatu tanda untuk menandakan adanya hubungan secara alamiah (sebab-akibat).

Simbol, yakni penanda yang secara tidak langsung menggunakan metafora dan bersifat tidak alami.

5. Teori Hermeneutika
Hermeneutika adalah ilmu yang mengenali makna melalui makna-makna yang bertujuan untuk menangkap pemikiran seseorang sesuai dengan yang ditangkapnya. Terdapat tiga tahapan teori hermeneutika dalam sebuah karya sastra, yakni:

Level Semantik, yaitu menafsirkan bahasa sebagai kajian yang harus dipahami.

Level Refleksi, yaitu dalam praktiknya harus memahami teks karya sastra dan unsurnya secara konteks.

Level Ekstensial, yaitu penafsiran teks dan konteks dalam karya sastra

Kritik Sastra menurut HB. Jasin bermakna pertimbangan baik buruknya suatu karya sastra, kelemahan dan keunggulan karya.

Menurut Andre Harjono, Kritik Sastra merupakan hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran secara  sistemik yang di nyatakan dalam bentuk tertulis.

Untuk membuat suatu kritik sastra yang baik diperlukan kemampuan mengapresiasi sastra, pengalaman yang banyak dalam menelaah, menganalisa sastra dan penelitian sastra, pengalaman non literal  dan penguasaan teori sastra.
Dari memahami uraian di atas, kita bisa menjawab sendiri kira-kira jawaban apa yg tepat untuk pertanyaan di atas.

*disadur dari berbagai sumber  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ROAD SHOW TIGA KOTA JAPASWARA

Road show musik puisi yang dilakukan oleh komunitas musik puisi Japaswara dari kota Tayu -Pati -Jawa Tengah yang rencananya di gelar di tiga...